Dalam proses pendidikan, seorang anak dapat memperoleh dari orang tua, sekolah, dan lingkungan. Pendidikan pertama anak terbentuk dari keluarga. Keluarga menjadi tempat di mana peran orang tua sangat signifikan dalam pembentukan karakter anak. Disadari atau tidak, apa yang dilakukan orang tua akan langsung direkam oleh anak. Anak akan mengikuti apa yang orang tuaya lakukan. Selepas anak memasuki usia sekolah, peran pembentukan karakter menjadi tugas guru di sekolah. Ya, sekolah menjadi tempat bagaimana seorang anak dididik untuk mampu mengembangkan dirinya, baik dari segi pengetahuan maupun segi pembentukan karakter. Ditambah lagi aturan jelas pemerintah yang mewajibkan sekolah untuk menerapkan kurikulum bermuatan karakter,sehingga pemerolehan karakter akhlak bagi anak akan lebih optimal.
Selain peran orang tua dan sekolah, pembentukan karakter anak erat kaitannya dengan kondisi lingkungan mereka tinggal. Lingkungan menjadi faktor penting bagi tumbuh kembang karakter anak. Lingkungan dapat berperan ganda dalam pembentukan karakter anak. Dari lingkungan seorang anak akan mengenal baik dan buruk. Sebab lingkungan menjadi kondisi jamak bagi perkembangan karakter anak.
Setiap anak memiliki hak masing-masing untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Masing-masing anak memiliki tumbuh kembang potensi yang berbeda-beda, sehingga, antara anak satu dengan lainnya tidak bisa disamakan. Dalam menunjang proses tumbuh kembang anak, terdapat dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam lingkungan keluarga. Pemberian motivasi dan apresiasi merupakan bentuk faktor internal guna menunjang potensi karakter anak. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan bermain anak (lingkungan sekitar). Peran lingkungan sekitar sangat mempengaruhi tumbuh kembang potensi karakter anak. Apakah seorang anak mendapatkan energi positif guna mengembangkan potensi karakternya, atau malah mendapat energi negatif yang dapat mengarah pada degradasi karakter akhlak anak.
Banyak cerita di mana seorang anak yang sudah mengenyam pendidikan karakter di rumah maupun di sekolah namun masih berkelakuan kurang terpuji. Atau seorang anak memiliki karakter baik di rumah dan sekolah, tapi ketika di luar mereka menjadi orang yang berbeda. Ya peran lingkungan pertemanan menjadi kunci bagaimana pembentukan karakter anak. Anak memang memiliki dunia mereka sendiri, yaitu dunia permainan bersama teman-teman di lingkungannya.
Seorang anak yang bergaul dengan anak yang tidak mengenyam pendidikan karakter di rumah atau di sekolahnya, akan sangat mempengaruhi anak yang telah mendapatkan pendidikan karakter. Sebenarnya, kondisi lingkungan menjadi uji kompetensi karakter seorang anak. Apakah anak yang telah memperoleh pendidikan karakter mampu mengubah lingkungannya menjadi baik, atau malah mereka akan terpengaruh oleh lingkungannya. Di sinilah peran orang tua dan sekolah untuk menjadi controler anak.
Dalam sebuah buku karya Helmawati (Pendidikan Keluarga: Teoritis dan Prkatis, 2014) menyebutkan ada empat lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang karakter akhlak anak.
- Lingkungan Keluarga
Peran keluarga dalam membentuk karakter akhlak anak sangatlah signifikan. Mengingat keluarga menjadi rumah bagi segala keluh kesah anak. Segenap anggota keluarga menjadi role mode bagi anak dalam mencontoh teladan akhlak. Bukan hanya peran orang tua, namun semua anggota keluarga, baik itu kakek, nenek, paman, bibi, kakak, atau kerabat lainnya akan berpotensi menjadi role mode bagi anak dalam mengembangkan karakter akhlak. Namun peran orang tua dalam memberikan pola asuh dan teladan menjadi pusat penyerapan teladan karakter akhlak anak. Sikap dan kebiasaan orang tua akan diserap anak sehingga terefleksi pada tindakannya. Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Apa yang diajarkan orang tua di rumah akan menjadi karakter/watak seorang anak.
Selain itu kondisi ekonomi dalam sebuah keluarga juga sedikit banyak mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak. Orang tua yang sibuk dengan urusan pekerjaanya terkadang lalai dalam memberikan hak anak dalam membentuk karakter. Anak cenderung dibiarkan dan sibuk dengan handphone atau bermain dengan teman-temannya. Tidak adanya kontrol dari orang tua akan berakibat pada degradasi moral anak. Penting bagi orang tua untuk memberikan teladan bagi anak. Sebab anak merupakan pencontoh ulung. Apa yang dilakukan orang tuannya akan mereka ikuti.
- Lingkungan Sekolah
Sekolah menjadi pendidikan formal bagi anak dalam mengenyam ilmu pengetahuan dan juga pengembangan karakter akhlak. Penyusunan muatan pembelajaran di sekolah yang terintegrasu dengan pengembangan karakter merupakan lahan subur bagi pengembangan karakter anak. Guru menjadi role mode bagi anak dalam mengembangkan karakter akhlak anak. Bagaimana seorang guru dalam berbicara, bergerak, atau berinteraksi semua akan direkam anak. Selain itu bentuk apresiasi guru terhadap sikap yang mencerminkan karakter baik yang dilakukan anak akan menjadikan stimulus bagi anak untuk terus melakukan karakter baik.
- Lingkungan Masyarakat
Dunia anak adalah dunia bermain. Di mana anak sangat erat dengan lingkungan permainan. Selepas sekolah, biasnya anak langsung bermain dengan teman-temannya, entah di sungai, lapangan, atau yang lainnya. Ketika anak bermain di lingkungannya, akan menuntut anak untuk berinteraksi dengan masyarakat sosialnya. Peran lingkungan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai etika dan estetika sangat penting bagi pembentukan karakter anak.
- Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik merupakan lingkungan di mana seorang anak tinggal. Misalnya apakah mereka tinggal di desa atau di kota. Kondisi lingkungan fisik akan mempengaruhi tumbuh kembang karakter anak. Tentu kita sepakat, jika anak yang tinggal di desa lebih memiliki karakter akhlak yang baik dibandingkan dengan anak yang tinggal di kota. Hal ini tak terlepas dari adat desa yang masih memegang nilai etika dan estetika. Sehingga ketika anak bermain, maka mereka juga akan belajar nilai etika dan estetika. Kondisi kota yang modern memaksa anak untuk sedikit bersikap tak acuh. Mengingat kota menyuguhkan kesibukan dan rutinitas padat, sehingga kondisi seperti ini memaksa masyarakat kota untuk sibuk mengurusi urusan sendiri-sendiri. Hal ini yang akan terekam pada memori anak di kota. Sehingga anak di kota cenderung memiliki karakter di bawah dari anak yang tinggal di desa.
Tantangan dalam pembentukan karakter akhlak anak tidak hanya pada empat lingkungannya saja. Di zaman serba canggih ini, peran teknologi dalam mempengaruhi pendidikan karakter anak sangat besar. Hal yang lebih mengerikan lagi adalah kolaborasi lingkungan dengan teknologi. Di mana lingkungan mengarahkan anak untuk memanfaatkan teknologi (handphone) pada hal-hal yang kurang baik. Misalnya game online, tik tok, sosmed yang memang belum semestinya anak kenal. Terkadang sikap orang tua yang mengamini penggunaan teknologi sebagai option agar anak tidak main malah justru menjadi bumerang. Anak akan kecanduan handphone dan memiliki jiwa sosial yang rendah. Sebab sikap sosial mereka tergantikan oleh keasyikan bermain handphone.
Perlu adanya keterkaitan berbagai pihak untuk membentuk karakter akhlak bagi anak. Pembentukan karakter seorang anak bukan semata tanggung jawab orang tua atau guru di sekolah, melainkan lingkungan bermain anak juga berperan besar dalam pembentukan karakter akhlak anak. Mengingat lingkungan merupakan tempat bermain bagi anak, tentu menciptakan lingkungan yang kondusif dan aman untuk menunjang pembentukan karakter akhlak anak adalah tanggung jawab bersama. Pembentukan karakter akhlak memang harus dimulai sedari dini. Apa yang dilakukan anak hari ini (saat usia dini), akan merefleksikan mereka di masa depan. Semoga kesadaran bersama tentang pentingnya pendidikan karakter akhlak menjadikan generasi penerus (anak) tidak hanya cakap pengetahuan, tetapi juga berlandaskan akhlakul karimah.
Penulis : Casumi, S.Pd – Guru SDII Luqman Al-Hakim 02 Batam
Editor : Mahdi Muntadzor