Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain astra dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /home/u9166389/public_html/WebsiteHidayatullahBatam/wp-includes/functions.php on line 6114
Kurikulum Merdeka Belajar Menjadikan Matematikaa Menyenangkan | Pondok Pesantren Hidayatullah Batam

Kurikulum Merdeka Belajar Menjadikan Matematikaa Menyenangkan

Kurikulum Merdeka Belajar Menjadikan Matematikaa Menyenangkan | Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Menurut Soedijarto, kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang berwenang. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum).

Adapun di Indonesia, dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), konstitusi menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum yang ada di Indonesia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dalam dunia Pendidikan, kurikulum menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya Kurikulum yang tepat, para peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran yang sesuai. Seiring berkembangnya zaman, Kurikulum dalam dunia pendidikan pun terus mengalami perubahan. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di eranya masing-masing. Diantara tujuan dari perubahan kurikulum itu sendiri adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan agar lebih baik dari sebelumnya.

Dalam rentang pendidikan sejak jaman kemerdekaan hingga saat ini, negara kita telah menggunakan beberapa kurikulum. Diantaranya adalah : Kurikulum 1947, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 (CBSA), Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK), Kurikulum 2006 (KTSP), Kurikulum 2013 (Tematik). Tiap-tiap kurikulum rata-rata dipergunakan dalam kurun waktu 10 tahun. Hanya di kurikulum 2004 dan 2006 saja yang rentang waktunya cukup singkat. (https://www.kompasiana.com/mengapa-kurikulum-harus-berubah)

Kurikulum 2013 hanya berlangsung sampai 2021. Setelah itu muncul lagi kurikulum merdeka yang mana merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2013. Mengutip dari Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dengan kurikulum ini, dapat membantu guru untuk memilih berbagai perangkat ajar untuk menyesuaikan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. (https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar)

Merdeka Belajar adalah program kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim yang bertujuan agar para guru dan siswa mendapatkan suasana yang bahagia saat belajar.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa. (https://nasional.tempo.co/)

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. (https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar).

Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Matematika merupakan bidang studi yang berguna dan banyak memberi bantuan dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu yang lain. Sehingga pada pendidikan formal, pelajaran matematika selalu diajarkan pada siswa. Namun perlu disadari juga bahwa sebagian besar siswa menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dimengerti. Matematika juga merupakan bidang ilmu yang melatih penalaran supaya berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan keputusan.

Sebagai seorang guru, saya menyadari bahwa mengajarkan mata pelajaran matematika tidaklah mudah. Banyak siswa yang tidak suka dan tidak bahagia saat belajar matematika. Ketidaksukaan itu membuat mereka enggan melakukan berbagai hal terkait matematika. Menurut pandangan mereka bahwa pelajaran matematika hanya berkaitan dengan rumus-rumus dan hitungan yang memusingkan kepala.

Salah satu hambatan dalam pembelajaran matematika adalah bahwa banyak siswa yang tidak tertarik pada matematika itu sendiri. Beberapa alasan yang membuat siswa tidak suka hitung-hitungan adalah karena pelajaran Matematika dianggap terlalu sulit, rumit, menguras pikiran, dan juga membosankan. Hal tersebut di atas dapat dipahami terlebih jika pada saat pembelajaran Matematika materi disampaikan dengan cara yang super serius.

Kurikulum merdeka belajar menjadi solusi dari tidak sukanya siswa dengan pembelajaran matematika. Kurikulum merdeka tidak menuntut siswa untuk harus bisa matematika, karna bakat dan minat setiap siswa berbeda-beda. Sebagai ibarat “tidak mungkin ikan yang bisa berenang disuruh berlari”.
Mengutip ucapan Menteri Pendidikan yang menyakan bahwa merdeka belajar menjadi salah satu program inisiatif Menteri Pendidikan yang bertujuan agar para guru dan siswa mendapatkan suasana yang bahagia saat belajar. Dengan adanya kurikulum merdeka belajar, tidak ada lagi tuntutan kepada siswa harus bisa menguasai semua materi pelajaran yang ada di sekolah, tidak ada lagi target (KKM) yang harus dicapai. Sekarang waktunya siswa merdeka untuk mempelajari pelajaran yang mereka senangi sesuai dengan bakat dan minatnya. Tidak ada lagi paksaan dan tuntutan untuk harus menguasai semua materi pelajaran.
Kurikulum merdeka belajar membuat guru mengajar dengan merdeka, karena pada kurikulum merdeka guru hanya mengajarkan materi-materi yang esensial ( materi yang benar-benar penting yang harus diajarkan). Dengan materi yang sedikit, guru bisa maksimal mengajar dan siswa juga akan maksimal untuk menerima pelajaran. Materi yang diajarkan bisa lebih mendalam, sehingga benar-benar dipahami oleh siswa. Siswa senang belajar, dan guru juga akan senang mengajar. Secara tidak langsung akan terwujud pembelajaran yang menyenangkan.
Sekarang tidak ada lagi istilah siswa yang takut belajar matematika, karena mereka tidak akan dituntut harus bisa sehingga pembelajaran matematika akan semakin menyenangkan. Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan, guru harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan agar tercapai kurikulum merdeka belajar.
Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan di kurikulum merdeka adalah dengan menerapkan pembelajaran yang bervariasi dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan skil atau kemampuan siswa. Ada siswa yang cendrung visusal, audio, atau audio visual. Misalkan pada pembelajaran matematika operasi hitung, ada siswa yang mampu menyelesaikan dengan menggunakan benda nyata, ada siswa yang menggunakan gambar, dan ada siswa yang lebih suka menghitungnya secara langsung. Dikurikulum merdeka belajar siswa diberi kebebasan (kemerdekaan) untuk berekspresi sesuai kemampuannya.

Contoh lain, misalkan pada materi Aritmatika Sosial. Proses pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam kelas, tetapi bisa dilakukan di luar kelas atau mungkin siswa bisa langsung dibawa ke lingkungan sosial seperti pusat perbelanjaan (pasar atau mall). Di sana siswa bisa langsung menghitung besarnya persentase untung atau rugi, harga-harga barang yang didiskon, atau menghitung besar pajak yang harus dibayar jika ingin makan di sebuah restoran, dan lain sebagainya. Dengan begitu, pembelajaran matematika akan terasa menyenangkan.

Seorang guru harus benar-benar memahami kondisi dan kemampuan para siswa agar tujuan merdeka belajar tercapai. Jika seorang guru sudah memahami siswanya, maka model atau teknik pembelajaran yang pas untuk setiap siswa akan mudah diterapkan. Jika teknik sudah didapat, dan siswa menyukainya, maka akan didapatkan tujuan merdeka belajar. Dimana siswa akan menyukai sesuatu karna ia memang menyukainya, sehingga tidak ada lagi paksaan atau rasa tertekan ketika belajar.

Banyak hal yang bisa didapat jika siswa sudah menyukai sesuatu, bahkan mungkin akan mencari sendiri apa yang menarik perhatiannya. Rasa percaya diri akan terbangun karena tidak ada lagi rasa minder ketika tidak menguasai suatu materi pelajaran. Apalagi pembelajaran matematika yang selama ini menjadi mindset bagi siswa, jika tidak bisa matematika maka siswa itu dianggap lemah dalam semua mapel. Padahal skil atau bakat setiap anak itu berbeda-beda. Dengan adanya kurikulum merdeka belajar menjadikan siswa lebih percaya diri dalam belajar, sehingga semua potensi yang dimiliki siswa berkembang dengan maksimal. Kurikulum Merdeka Belajar menjadikan pembelajaran matematika jadi menyenangkan. (Ria Elfiroza. Guru Matematika SMPI Integral Luqman Al-Hakim 02).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×